Bumi Dan Lingkungan Adalah Tanggung Jawab Kita Bersama
:: PEJABAT EKSEKUTIF, LEGISLATIF, YUDIKATIF YANG KORUP HARUS DIADILI :: USUT DALANG SUAP PEMILIHAN DG BI :: DUKUNG KPK SELIDIKI ANGGOTA DPR YANG MENDAPAT SUAP PEMILIHAN DG BI :: ::
Photobucket
Visi Kesehatan

Rabu, 15 September 2010

Malaskah Kita Terhadap Indonesia!!!

Jakarta - BKI - Masuk di tahun ke-2 bangsa ini dipimpin oleh Presiden SBY, dengan membawahi para pembantunya dalam naungan Kabinet Indonesia Bersatu. Buaanyak sudah berbagai macam kritik dan oto kritik dipersembahkan untuk pemerintah.

Sebenarnya metode seperti apa yang ingin dibangun terhadap bangsa ini?, apakah yang telah dilakukan sudah tepat?. Yang pro akan bilang, "ini sudah tepat", dan pastinya yang kontra akan selalu memunculkan wacana, bahwa kebijakan saat ini belum tepat.

Kita semua ingin Indonesia menjadi negara yang adi daya, mampu berdikari, lepas dari kemiskinan, bersih dari korupsi, punya pejabat yang nrimo (apa adanya), dihargai oleh negara asing, dan segudang bentuk ideal sebuah negara.

Orang bilang bangsa kita kaya, semua bilang kita bisa apa aja, tapi dimanakah kekuatan itu?. Pejabat negeri ini sudah kaya raya dari jamannya Soekarno sampai SBY. Tapi sifat kurang itu susah sekali mereka pinggirkan, semuanya haus untuk mencari kelimpahan harta, tahta, dan kekuasaan.

Masihkah kita semangat membentuk bangsa ini menjadi apa yang kita idamkan, apakah kita sudah malas terhadap menu-menu yang ditawarkan para pejabat birokrat bangsa ini. Rasanya, dan sepertinya pun para punggawa bangs ini sudah malas membangun negeri ini ke arah yang dicita-citakan, serta berpihak kepada kaum termarjinalkan.

Bumi yang kita pijak dan bernama Indonesia ini serasa makin aneh, kenapa masih banyak rakyat yang miskin, kelaparan, tidak berpenghasilan, jauh dari sehat, tak tersentuh pendidikan secara rata serta masih ada lagi dan lagi.

Sudah 65 tahun kita merdeka, haruskah stempel malas akan tercetak dibenak kita sampai akhir hayat. Pasti ada solusi jika memang semua lini memikirkan untuk masa depan bangsa ini. Tak akan seperti balita jika kita mau ber empati dan memahami betul keadaan bangsa ini.

Tak perlu ego dengan golongan, tak perlu ego dengan jabatan, tak perlu rakus dengan kekuasaan. Katakan cukup ketika kita berhadapan dengan hancurnya perekonomian, rendahnya tingkat daya didik.

Sampai dimana dan sampai kapan, teka teki membaiknya sistem pada bangsa ini. Semakin tua bukan semakin bijaksana dan mengerti arti kehidupan buat sesama, namun semakin tua semakin menjadi dan malas.

Tak rela jika kita harus menyandang stempel "MALAS", tak rela jika kondisi seperti ini diwariskan ke anak cucu, sedangkan kita telah mewarisi sebuah bangsa yang besar, dengan modal darah berceceran untuk membangun bangsa ini. Sekiranya para penghuni TMP Kalibata dan yang di daerah manapun akan mengelus dada, susah payah mereka mewariskan bangsa ini, tapi kita tidak mampu mewariskan yang lebih terhadap anak cucu.[anh]

Tidak ada komentar:

Freelance Jobs